Recent Comments

Rabu, 20 Juli 2016

Pasca Ramadlan


Malam ini saya berkesempatan duduk manis bersama teman-teman santri Bahrul Ulum dari sidoarjo, putera delta namanya. Merajut dulur, gelak tawa, mengais ilmu dalam tema Halal bi halal bersama Mbah Bolong dari Jombang. Acara yang dibungkus dalam bentuk pengajian umum ini pertama berjalan lancar sampai hujan membuyar kan sebagian besar mustami'. Hujan datang tanpa tanda membuat semua bingung kalang kabut menghindari tetesan hujan malam ini. Alhamdulillah, hujan hanya menyapa sebentar, sekedar membasahi bumi Punggul asri.
Disini, saya tidak bermaksud menyimpulkan isi ceramah pembicara. Saya hanya mencoba merenung, sedikit galau dan sedih berpisah dengan ramadlan barakah. Beberapa hari terahir, dinding facebook, WA, LINE, Bbm dan instagram saya semua berjubel berita tentang idul fitri dan halal bi halal, mengalahkan berita tentang kopi sianida, korupsi pejabat, pelanggar ham, perombakan kabinet, apalagi berita perceraian artis. Halal bi halal menjadi gerakan sosial yang luar biasa, masif, dan banyak manfaat. Hampir setiap keluaga membuat halal bi halal, pejabat publik juga tak alpha, apalagi anak muda, berbagai jenis dan gaya baru halak bi halal menguap di sosmed. Ada yang hanya sekedar makan-selfi-salaman-pulang, lebih kreatif lagi halal bi halal di buat konsep liburan, pengajian, santunan, sowan guru (sogu), sowan panti asuhan (sopan). Acra yang menurut sumber terpercya, ini berasal dari ide Mbah Wahab. 
Namun, pertanyaan besar saya. Sudah kah kita melewati ramadlan tahun ini dengan menjadi insan bertakwa, sesuai keinginan pemilik alam semesta lewat firman nya, laallakum tattaqun. Allah begitu berharap kita menjadi hamba yang bertaqwa lewat latihan puasa ramadlan. Gagal tahun ini, semogaa tahun depan berhasil. Tapi saya bingung dengan ciri-ciri orang bertaqwa. Kebanyakan para dai menerangkan amalan selama bulan puasa dan itu terjadi berulang-ulang sampai jamaah hafal dengan maksud penceramah. Kurang puas tepatnya.
Saya pun merasa ada yang harus menjelaskan ini. Sampai sbelum tahlilan tadi malam, kebinguan itu masih setia menempel di otak kecil ku. Sambil mendengar suara serak pak imam membaca tahlil. Pikiran nakal ku mulai mengingat, membedah, menerjemah, mengotak-atik ayat-ayat pertama surat albaqarah yang selalu tampil dalam bait-bait tahlilan. Saya mendapat sedkit gmbaran tentang tanda-tanda tiang taqwa lewat surat albaqarah.
Ayat no 2, menggambarkan bahwa tanda orang yang bertaqwa selalu mencintai dan berusaha mengamal kan isi alquran. Karena Alquran adalah petunjuk bagi orang bertaqwa, inti ayat ini. Lanjut ke ayat ke 3, saya mengambil pelajaran dari ayat ini bahwa tanda orang bertaqwa selanjutnya adalah orang yang beriman kepada perkara ghaib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rizqinya. Tiga hal ini mudah di ucapkan dan banyak yang bisa bertutur tentang ini tapi langka sekali yang bisa istiqomah melakukannya. Menapak ayat ke 4, Allah swt menjelaskan bahwa tanda orang betaqwa adalah beriman kepada Alquran, shuhuf2, dan kitab suci sebelum Alquran.
Allah dengan sifat Rahman Nya, sangat berharap hambanya menjadi orang yang beruntung. Ini tergambar dalam ayat ke 5 dari surat Albaqarah. Luar biasa.
Ini hanya tafsiran bebas saya dalam menjawab pertanyaan hati mengenai Taqwa. Inspirasi datang tak dapat dihenti, tak kenal waktu dan tempat. Menulis cara terbaik merawat ide, terkadang ia datang lalu pergi terbirit lari tanpa permisi. So, menulis itu pekerjaan abadi.

Tidak ada komentar:
Write komentar

Recommended Posts × +