Recent Comments

Kamis, 08 September 2016

Guru unyu (1)


Banyak hal yang harus ku tambali. Masih banyak lobang
kesalahan yang harus ku tutupi. Banyak sudut yang belum ku tata rapi. Ingin ku berteriak lantang "Aku Masih Bodoh" agar semua tahu kalau saya bukan guru istimewa. Ya, menjadi guru ternyata tak semudah bayangan ku selama ini. Masuk, absen, memberi makna kitab, ceramah, simpulkan lalu pulang lagi. Pengalaman satu bulan di denanyar menyadarkan ku tentang guru yang baik dan sikap nya seorang pendidik. Di madrasah ini, rutinitas ku berubah 180 derajat. Dimulai harus hadir dimadrasah jam 06.45 wib, menyambut siswa dengan senyuman manis, menyalami, mengomentari penampilan peserta didik. Lalu keliling mencari kelas kosong, mengkondisikan kelas dan membadali bila guru mapel nya absen. Ini kegiatan wajib setiap hari, lumayan membosan kan. Belum lagi harus menyiapkan RPP dan perangkat pembelajaran lain nya. Wauw..saya agak menyesal pernah nakal waktu SMA setelah merasakan sendiri bagaimana mendidik dan mengajarkan makhluk bernama manusia. Terlepas dari ini semua, menjadi pendidik bagi ku itu tantangan yang asyik, petualangan tanpa ahir dan banyak sensasi. Entah ini termotivasi karena cita-cita masa kecil ku ingin menjadi guru atau memang aku lagi menikmati hidup dengan senyuman.
Realita di lapangan sering kali berbeda dengan teori dibuku. Membaca dan diskusi tidak menjamin seseorang akan menjadi pendidik yang handal. Btuh pengaplikasian diruangan belajar dan madrasah secara keseluruhan. Murid sekarang bukan lagi kertas kosong yang siap diisikan apa saja menurut kehendak sang pendidik. Dengan smart phone ditangan dan kemudahan akses internet dimana-mana, secara tidak angsung membuat murid sekarang lebih cerdas, kreatif, dan kritis juga. Pengalaman saya di denanyar berbicara, ketika saya menerangkan pelajaran fikih didepan ada banyak murid yang komentar tentang keterangan dari saya. Saya memahami itu, kemajuan tekhnologi telah merubah pola pikir generasi muda sekarang. Mereka dengan mudah mendapatkan informasi dari berbagai macam belahan dunia dengan satu klik saja. Disamping itu, kemudahan dalam mendapatkan buku, majalah, pamflet, juga membantu peserta didik saat ini untuk tidak bisa diam dan menerima mentah-mentah materi dari guru. Dengan wawasan yang luas, sang murid akan menyaring setiap info yang masuk. Disini lah peran guru kembali dipertaruhkan. Jika pendidik tidak siap dalam kata lain belum memahami pelajaran, jarang membaca, anti diskusi maka suasana kelas akan terasa seperti neraka. Yang ada nanti guru memaksakan pemikirannya kepada murid dan parah nya disemberang sana, sang murid tetap kukuh dengan argumennya. Pada ahirnya, guru malas masuk kelas, peserta didik tidak semangat untuk mengikuti materi. Belajar gagal namanya.
Guru unyu hadir sebagai pembeda. Tampil dengan sejuta ide kreatif dan sabar pastinya. Guru unyu menurut saya, tidak memberikan doktrin basi bahwa peserta didik tidak boleh bersuara didalam kelas dan manut secara totalitas. Dikwatirkan murid akan menjadi pendengar sejati tapi mati dalam aksi. Takut salah, minder, dan lebih suka melihat. So, menjadi guru juga harus update berita online, baca buku, diskusi dan memahami karakter peserta didiknya. Guru unyu akan berkesan sampai kapan saja. Tak kenal waktu dan tempat. Guru tetap lah dibutuhkan, walau dunia tanpa batas. Karena yang mendidik manusia harus lah manusia bukan internet. Terimaksih.

Tidak ada komentar:
Write komentar

Recommended Posts × +