Recent Comments

Senin, 16 Maret 2015

Pion kecil



Bafa dan Bafi, bocah kecil yang terlampau cerewet untuk hal  yang menyesakkan kepalanya. Tak jarang pula mereka terlibat perkelahian karena hal yang sangat remeh; tidak didongengi sang ibu sebagai penghantar  tidurnya. Sepulang sekolah  sang adik, Bafi mendapatkan kosakata baru dari gurunya. Ia seperti ketakutan mendengarkan kata yang selama ini sangat dirahasiakan untuk diungkapkan oleh orang  tuanya. “Politik”, begitu kata yang terekam di memorinya saat guru menyampaikan materi pagi tadi. Menjelang tidur, seperti biasa sebelum tidur  ibu bercerita, ia teringat pelajaran pagi tadi dan memberanikan diri mengajukan pertanyaan yang mengganjal  hatinya pada sang ibu. “Bu politik itu apa?”, serunya. Si ibu hanya tersenyum simpul mendengarkan celoteh anaknya. “ kau tanya kakakmu”, pintanya. Belum sempat ia bertanya pada si kakak yang ada disampingnya sang kakak sudah tertidur duluan. Ia kembali meronta, “bu politik itu apa?”, desaknya. Malam itu si ibu tak melanjutkan ceritanya tapi ia langsung memberikan buku dongeng pada anaknya. “ini kamu cermati, siapa saja tokoh yang ada dalam cerita tersebut”.
Pagi harinya ia kembali  meminta jawaban dari ibunya. Dan untuk yang ketiga kalinya si anak kembali bertanya, “bu politik itu apa?”, tagihnya. ”Sudah kamu ketahui nak siapa saja tokoh yang ada dalam cerita yang kemarin kamu baca?”. “sudah bu”, jawabnya. “coba sebutkan nak?”, pinta si ibu. Dengan suara yang terteteh-teteh ia mulai bertutur pada ibunya. “disana ada satu keluarga lengkap beranggotakan: ayah, ibu, dua orang anak kecil kakak beradik dan satu orang pembantu”. “bagus-bagus”, puji ibunya. “Itulah nak politik”, lanjutnya.
Dalam cerita yang disodorkan si ibu tersebut di gambarkan ada anak kecil yang menangis sedangkan sang kakak tidak bisa meredakan tangisnya. Sang kakak yang umurnya hanya terpaut dua tahun lalu mendatangi ibunya berniat untuk membangunkan ibunya agar  si ibu mau meninabobokannya kembali, tetapi si ibu terlampau pulas tidur. Si kakak mencari ayahnya agar ia bisa menenangkan tangisan adiknya. Tetapi tiba-tiba  ia tertegun ketika mendatangi kamar pembantunya karena disana didapati ayahnya sedang meniduri pembantunya. Si Kakak hanya bisa bertindak sekenanya agar adiknya berhenti menangis dan meratapi  adiknya yang  menangis tak kunjung reda. Anak kecil  yang menangis itu ibaratnya generasi muda yang menjadi simbol suatu masa depan. Ibu ibaratnya pemerintah.  Si kakak ibaratnya rakyat. Si ayah ibaratnya kapitalis dan si pembantu sendiri ibaratnya buruh.
Bafa dan Bafi adalah sedikit dari sekian banyak pion- pion muda masa depan dalam papan hitam putih percaturan kehidupan. Pion itu harus melangkah maju demi berjalannya suatu strategi atau sistem. Pion terkadang harus cukup dengan jalan selangkah tapi pasti atau harus melangkah jauh untuk membuka jalan bagi yang ada di belakangnya. Tidak diperkenankan bagi  pion untuk berjalan mundur segenting apapun kondisinya. Ia harus tetap melangkah atau minimal diam karena dengan begitu sudah cukup untuk menghancukan strategi lawan. Ia harus berjalan lurus sesuai dengan pos yang ditempatinya. Ia harus harus mantap dengan langkah yang diambilnya. Ia harus fokus berjalan setapak demi setapak bila sampai di wilayah musuh. Ia harus sabar dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan.  Ia harus pandai membaca situasi kapan ia akan melangkah dan  kapan ia harus diam artinya tak melangkah. Dengan begitu ia akan sampai di batas pertahanan musuh dan dapat dengan mudah mengetahui  titik tekan yang akan ia serang.  Akan tetapi bila ia ragu atau salah dalam bertindak akibatnya adalah ia akan mandek,  tidak bisa berkembang dan bahkan hancur.
Pion selain berfungsi sebagai garda terdepan suatu gerakan, ia juga adalah pendobrak jalan bila sedang mengalami kebuntuan. Ia tak segan mengorbankan nyawanya bila memang itu adalah jalan terbaik bagi keberlangsungan suatu pola kehidupan. Dan kadang ia harus rela berdempetan dengan pion yang lainnya dan berjalan berhimpitan bila memang kondisinya memaksa yang demikian itu.  Untung saja dalam mengarungi dinamika perjalanannya ia tidak sendirian. Ia masih mempunyai generasi tua yang ada dibelakangnya. Sebagai mujahid muda si pion terkadang harus mematuhi perintah si generasi tua yang ada dibelakangnya karena bagaimanapun ia lebih berpengalaman tentang kondisi yang sama sebelum-sebelumnya. Generasi tua tak harus berjalan satu-satu karena memang  ia sudah paham betul petak demi petak, tapak demi tapak, kotak perkotak lintasan yang akan dilaluinya. Ia cukup berjalan selangkah untuk membuka pintu penyerangan yang diprakarsai sang pion-pion kecil. Sebagai generasi terdahulu, generasi tua harus bisa bisa mengambil langkah yang tepat. Satu nyawa saja terbuang dari pion kecil amat besar sekali pengaruhnya.
Ibu melanjutkan penjelasannya “inti dari politik itu nak; ketika kapitalisme memperdaya budak sedangkan pemerintah hanya diam maka rakyat hanya bisa meratapi masa depan bangsa yang menangis”. Bafi semakin tak mengerti apa yang disampaikan ibunya tadi. Alih-alih mengerti politik itu apa, ia seolah mendapatkan kosakata baru lagi, “kapitalisme”. Belum sempat ia bertanya lagi,  ayahnya langsung menyergah ”politik apalagi kapitalisme itu adalah urusan generasi tua seperti ayah nak”. Ayah melanjutkan uraiannya, “kamu dan Bafa itu generasi muda, generasi terdepan, tugasmu adalah menjadi pion-pion sejati nak”.
Matahari semakin meninggi pertanda bagi kedua pion kecil itu untuk berjalan setapak demi setapak kesekolah. Enha Alfiyan(Presiden BEM IAIBAFA).


Tidak ada komentar:
Write komentar

Recommended Posts × +