Recent Comments

Senin, 03 Oktober 2016

BEM IAIBAFA; Vacum of Power


Hari ini, minggu 02 oktober 2016, juga bertepatan dengan tahun baru islam 01 muharam 1438 hijriah. Hampir Setiap dinding facebook insan yang mengaku islam berlomba mengucapkan selamat tahun baru islam. Tak lupa disertai harapan dan foto unik hasil editan sendiri dan ada juga copy paste. Di grup whatsApp juga begitu, gambar-gambar selamat tahun baru berlomba tampil di grup kayak pawai budaya. Tak ketinggalan di dinding LINE, status panjang berbaris bak tentara mau perang. Berisikan permohonan maaf dan harapan hari esok.
Itu sebagian contoh media sosial yang ramai dengan datangnya tahun baru hijriah. Apakah ini baik? Tak ada yang bisa menjawab selain pemilik akun itu sendiri. Niatnya apa?. Pamer, mungkin. Ikut-ikutan tren saja. Biar kelihatan islam, bisa jadi. Menunjukkan rasa sayang dengan belahan jiwa, tidak menutup kemungkinan. Semua kemungkinan bisa saja terjadi, bahkan kemungkinan terburuk pun. Tak ada yang mustahil bila Tuhan berkehendak.
Tapi, sorotan saya bukan pada status di media sosial. Saya lebih tertarik menyeret nuansa tahun baru ini ke Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IAIBAFA. Kampus hijau tempat ku menimba ilmu. Disini, tahun baru tidak ada ubah nya dengan hari biasa. Tak ada perayaan, tak tampak ada lomba dalam memeriahkan awal tahun ini. Semua berjalan santai, apatis, dan menoton. Lantas apa fungsinya BEM? Izin kan saya menjawab, karena presiden bem nya adalah penulis status ini sendiri, yaitu syarif abdurrahman. Pria cungkring yang sudah menduduki kursi panas BEM sejak 2015 dan kemungkinan akan berlanjut sampai wisuda (2017).
Bem bukanlah organisasi menarik di kampus kami, semua orang menolak saat ku tawarkan menempati posisi presiden Bem. Bahkan, pengurus Bem saat ini pun banyak yang ingin turun. Berbagai alasan muncul kepermukaan. Mulai kesibukan di asrama, ketakutan akan masalah, tidak ada dana yang jelas, ingin fokus kuliah dan masih banyak lagi alasan yang terkadang sengaja di buat agar lepas dari tanggung jawab. AKu tak akan memaksa orang tak berniat. Itu akan buruk pada ahirnya. Alhasil, pengurus organisasi intra kampus yang saya pimpin bisa dikatakan "Hidup segan, mati tak mau". Pogram kerja macet, kegiatan kampus sepi, gairah mahasiswa berkurang.
Tentu tidak lah adil menyalah kan satu pihak saja. Kegagal Bem menjadi kepenjangan suara mahasiswa sesuatu yang tidak bisa dibantahkan. Fakta berbicara, regenerasi di kampus kami gagal. Saya gagal menarik kader baru untuk merawat kegiatan di kampus. Tak ada niat membantah atau mengajukan protes bila ada yang beranggapan demikian. Itulah ada nya. Biar semua tahu, semua faham akan kondisi ini.
Ingin ku teriakkan lantang didepan mahasiswa semua. Pengalaman apa yang kalian peroleh dari bangku kuliah selama ini?. Bila kuliah hanya Datang, dengarkan teman presentasi, Facebookan gratis, buka youtube lewat wifi. Mungkinkah Dosennya yang imaginatif, gila dan membuat mu antusias?. Cerita masa lalunya membuat mu terinspirasi, memotivasi dan ingin menirunya?
Coba kalian ingat dan renungkan. Adakah dosen yang setiap hari menanyakan, sudah baca buku apa hari ini? sudah punya buku sendiri? pernah ngirim opini di koran atau media online? berani turun ke jalan untuk membela kebenaran?. Tidak ada kan?. Dosen hanya datang lalu absen, mendengarkan presentasi makalah hasil copy paste, ceramah sedikit lalu pulang. Beliau hanya menjalan kan tugas kampus, sebab beliau adalah pegawai disana. Menjalankan perintah kampus suatu kewajiban.
Buat teman-teman mahasiswa semua, coba berpaling dari laptop, telepon genggam, buku dan titik nyaman kalian. Lihat keluar, lalu tanyakan pada hati mu sendiri, apa yang bisa kamu rubah dengan kuliah mu? Dirimu saja, lingkungan atau negara mu? Lalu apa keinginan mu jika kuliah seperti ini saja. Masuk ke kelas, dengarin ceramah, diskusi sebentar, duduk di warung kopi tanpa membaca saat dosen belum datang, foto selfi lalu dikirim ke medsos,
Padahal bila mau kritis sedikit, jutaan pengangguran dengan gelar sarjana lahir tiap tahun di Indonesia. Menganggur bukan karena nilai kuliahnya jelek, melainkan karena mereka takut tantangan, tidak terbiasa dengan masalah, demam panggung, alergi beda pendapat, apatis pada perubahan sosial, kurang baca dan tak punya jaringan yang luas.
Singkatnya, vacum of power di BEM iaibafa disebabkan oleh banyak unsur. Presiden Bem nya yang kurang kreatif, dosen yang hanya mengajar, mahasiswa yang malas adalah contoh kecil mengapa tahun baru tak spesial disini. Niat menjadi lebih baik hanya di artikan buat diri sendiri. Nilai yang bagus, nama baik dan lulus cepat. Tak terpikirkan untuk merubah bangsa. Sebagai penutup, Saya seret Puisi nya Rendra.
"Seonggok Jagung"
Aku bertanya
Apa gunanya pendidikan
Bila hanya membuat seseorang menjadi asing
Ditengah kenyataan persoalannya?
Apakah guna nya pendidikan
Bila hanya mendorong seseorang
Menjadi layang-layang di iibu kota
Kikuk pulang ke daerahnya?
Apa guna nya seseorang
Belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran
Atau apa saja.
Bila pada ahirnya
Ketika ia pulang kedaerahnya, lalu berkata
"Disini aku meras asing dan sepi"
Kantor BEM, 01 Muharam 1438



by; Syarif abdurrahman-Lifatin Nada

Tidak ada komentar:
Write komentar

Recommended Posts × +