Recent Comments

Sabtu, 29 Oktober 2016

Tak harus sastra


Saya tak faham apa itu sastra yang sebenarnya. setiap orang punya maksud dan makna tersendiri. Bagi saya, menulis itu asyik, menulis itu nyaman, mengeluarkan isi kepala dalam bentuk tulisan membuat ku hidup dalam berbagai demensi. Saya suka menulis, cinta dengan dunia literasi, itu saja. Saya orang sederhana, mencintai hidup dengan sederhana, menikmati setiap lekuk kan pekatnya problem kehidupan. Tak bisa dipungkiri, terkadang ada caci maki disana, sumpah serapah, pujian, rayuan, serta harapan.Itulah isi hati, berubah mengikuti situasi dan kondisi. Saya salah, mungkin. Saya benar, bisa jadi. Yang pasti, diri ini ingin mengabadikan pergolakan hati dan pemikiran dalam bentuk tulisan. Bukan buat pamer, hanya ingin belajar dari setiap jengkal nikmat tuhan yang diberikan kepada ku. Nikmat kesehatan, rasa cinta, marah, kecewa, keberhasilan, kegagalan. Mungkin saja Tuhan lagi menguji manusia kerdil ini. Dimna posisi sang Robb saat perubahan suasana hati dan pikiran. Masihkah Tuhan menjadi the special One dalam hidup mu? entahlah. Selain itu, saya suka hidup bermasyarakat, bercanda bersama, mengupas masa depan, cerita pengalaman, bersama berbagi dalam peduli. Lao tie (700 sm) pernah berkata, Datanglah kepada rakyat, hidup lah bersama mereka, belajarlah dari mereka, cintai mereka, mulailah dari apa yang mereka tahu; bangunlah dari apa yang mereka punya; tetapi pendamping yang baik adalah, ketika pekerjaan selesai dan tugas dirampungkan, rakyat berkata, kami sendirilah yang mengerjakan nya. Ini keyakinan saya, prinsip dalam bersosial. Pilihan hidup bermasyarakat jelas mengandung resiko pro dan kontra. Betapa indahnya perselisihan dan kebahagian bila abadi dalam bentuk tulisan. Bisa berwujud opini, esay, cerpen, puisi, pantun atau catatan harian saja. Saya tak peduli apakah nanti goresan tinta itu dikatakan apa, tujuan utama bukanlah itu. Menulis, menulis lagi, menulis terus, konsisten menulis. Belajar dari apa yang dilihat, dengarkan, rasakan. Lalu berbagi kepada insan yang membutuhkan. Menurut saya menulis itu seksi dan buat happy. Tak ada yang lebih membahagiakan selain coretan tangan kita menginspirasi banyak orang. Setiap individu juga punya gaya sendiri menginspirasi.
So, sastra tidak lah harus diberikan makna sempit sebagai untaian kata mutiara, rayuan, gombalan, harapan atau doa. Menurut hemat saya, tetaplah menulis, menulis isi hati dan pemikiran mu. Jangan berhenti menulis bila hanya karya mu tak elok. Tak ada yang instan dalam belajar. Yakinlah proses tidak akan menghiati hasil. Menulis pekerjaan abadi kata Pram. Dia tak lekang oleh waktu dan tempat. Sejarah masa lalu tersimpan rapi berkat tulisan. Coba saja lihat di museum-museum dikota mu, berapa besar jasa penulis. Mereka yang jujur dalam mnulis akan dituggu dan diploti terus karyanya. Pun dizaman digital ini menulis tetap menjadi hal penting bagi kehidupan mnusia. Dunia literasi menjadi senjata yang sngat mematikan saat ini. Dengan membaca, seseorang akan menguasai informasi. Selanjutnya orang yang punya banyak informasi akan tahu kapan harus menikung, merankul, menggandeng, menuntun dan mmbunuh lawan dan kwan. Kemampuan menulis membuat seseorang bisa mengalihkan isu, berbagi cerita, mendoktrin, mencari pendukung dan mematikan gerakan lawan. Ya itulah, setiap insan seharusnya punya kemampuan analisis yang kuat berkat membaca dan ke ahlian menginspirasi melalui pena. Biar tidak menjadi seperti monyet, rame karena teman nya rame. Tapi tak faham apa yang membuat rame. Ayo menulis lagi.
Sruput es susu nya.....

Tidak ada komentar:
Write komentar

Recommended Posts × +