Recent Comments

Senin, 14 November 2016


Saya dalam masalah demo 04 november 2016 bersikap berbeda dengan PB HMI. Menurut hemat saya, aksi menurunkan massa ke jalan demi menyelamatkan agama belum lah dibutuhkan. Penistaan agama yang paling parah bagi saya adalah faham agama tapi tidak mengamalkan ajaran nya. Dalam hal mengamal, mendahulukan hal yang wajib itu lebih utama. Mengerjakan rukun islam dahulu baru membela islam. Gampangnya, tuntaskan dulu rukun islam; syahadat, solat, zakat, puasa, haji baru membahas hal lain. Miris, saat kita berkoar- koar dengan lantang didepan lautan massa (membela islam)tapi disisi lain kita meninggal kan inti sari nya agama. Logikanya, ketika rukun dalam suatu pekerjaan ditinggalkan maka batal lah perbuatan tersebut. Tamsil, bila kita tidak membaca rukun solat yaitu membaca alfatihah maka secara otomatis solat kita akan batal. Menyikapi ahok dengan menurunkan massa sampai ribuan bahkan didatangkan dari luar jakarta sungguh sebuah perbuatan lebay. Tak ada salahnya dalam negara demokrasi bila kita menyampaikan pendapat. Tapi, ada beberapa hal yang menjadi catatan besar saya bila ditinjau dari dunia pendidikan. 1. Ketakutan yang luar biasa. Naiknya ahok menjadi calon gubenur jakarta membuat beberapa golongan ketakutan. Hebatnya, mereka membagikan ketakutan itu pada masyarakat indonesia secara massif. Lewat berbagai media mereka tampil bak panglima perang. Membawa ayat suci yang cocok dengan nafsu. Hal yang buruk bagi dunia pendidikan adalah banyak nya anak-anak yang diturun kan kejalan oleh orang tua mereka (Melihat aksi sebelumnya). Wajah lucu dan imut itu diajarkan menjelek-jelekkan orang lain, bolos sekolah, ditanam kan kebencian kepda kelompok lain. Ketakutan luar biasa membuat orang tua merebut masa kecil buah hatinya. Saya bersyukur dan merasakan nikmat nya masa kanak-kanak, aku tak pernah lupa hangatnya pertemanan masa kecil waktu main petak umpet, kelereng, mancing di sawah, berlari serta tertawa tanpa beban, mandi saat hujan deras. Amboi bahagia nya. Alangkah bijaknya orang tua yang membiarkan anak-anak nya untuk menikmati masa paling bahagia dalam hidup. Biar nanti dia optimis menghadapi ruwetnya masa depan karena pernah dulu bahagia. 2. Regenerasi gagal total. Sebagai ibu kota negara indonesia, jakarta menyimpan banyak kepentingan politik maupun ekonomi. Wajar bila berbagai organisasi massa, partai politik, kantor perusahanan menempatkan perwakilan di kota langganan banjir ini. Bahkan tak sedikit mendirikan kantor pusatnya dijakarta. Diantara berbagai organisasi yang paling banyak adalah lembaga bernafaskan islam. Selain itu, kampus islam juga menjamur di jakarta. Belum lagi ratusan lembaga pendidikan islam yang berdiri kokoh di kota paling sibuk se-Indonesia ini. Pertanyaan besarnya, apakah mereka tidak sanggup membina calon pemimpin bangsa yang dapat menandingi Ahok?. Melawan ahok dengan memunculkan pemimpin berkualitas dan sepadan dengan calon gubenur lain terasa lebih bijak dari pada menyebar kebencian. Mengapa harus takut pada lelaki bernama Ahok bila banyak dari organisasi mahasiswa islam sanggup menerbitkan kader militan dan hebat. Bukan begitu?. Menurunkan massa dengan label agama hanya akan menampakkan kegagalan kita dalam mencetak kader baru, regenerasi yang gagal total! Ini 2 poin penting yang menurut saya butuh solusi cepat. Tak peduli siapa dan dimna. Jika bisa memberikan alternatif ayo menggema. Bersuara buat anak bangsa. Jangan menjadi angsa yang hanya bisa makan dan minum. Digiring kesana kemari buat kepentingan orang lain. cerdas bersikap. Jika kita mau jujur, permasalahan bangsa lebih parah dari ahok. Kejahatan korupsi, pelanggaran ham masih subur di negeri kita. Baru-baru ini, rencana pemberian gelar pahlwan pada presiden Suharto pada tgl 10 november 2016 kita lupakan. Kejahatan yang dilakukan beliau jelas dan dibuktikan orang banyak. Kurang jahat? #Cerdas

Tidak ada komentar:
Write komentar

Recommended Posts × +