Recent Comments

Senin, 14 November 2016


Melepaskan ide dan pergolakan pemikiran (Tashwirul Afkar) yang menumpuk dalam kepala kecil ini. Harus ku akui, Kalian (islam fundamental) sedikit banyak telah memaksa dan mengikis sifat malas membaca ku. Juga berpartisipasi dalam menyisihkan uang jajan untuk membeli buku. Terimakasih telah membantu saya dalam mencerdaskan hati dan pikiran. Tapi, mohon maaf, saya tidak bisa seperti kalian. Mendirikan negara islam, demo membela agama, mengancam golongan berbeda, menghina yang beda, merasa paling benar. Selain hormat pada guru, hal ini juga bertolak belakang dengan suara hati. Hemat saya, bukan negaranya yang dirubah melainkan konstitusinya. Begitu juga pada golongan lebih luas, Saya rasa umat islam pada umum nya (NU, Muhammadiyah, HTI, Persis, Al-irsyad dll) tidak lah pantas bila menghakimi kelompok lain salah dan merasa paling benar. Saya berpandang lebih jauh lagi, umat islam harus punya suatu pemahaman bahwa penafsiran islam oleh golongan tertentu itu bukanlah paling benar dan berhak menghina kelompok lain. Contoh dalam kehidupan sehari-hari, ada 10 ulama yang bermaksud mengunjungi karib nya di Lamongan bernama Subhan. Selain silaturrahim mereka juga ingin menghadiri acara pernikahan sang puteri akhy fillah. Dalam perjalanan menuju lokasi, para ulama ini menaiki kendaraan yang berbeda. Ada kijang, avanza, xenia, lucio, panther, yaris, ertiga, jip, elf, sepeda motor santria. Kesepuluh ulama ini berkeyakinan jika kendaraan yang dinaiki bisa mengantar sampai tujuan dengan selamat. Tak adil bila pemilik lucio menyalahkan temannya yang membawa panther. Atau mengejek pemilik avanza. Begitu juga, pengendara santria tak boleh mengaku memiliki kendaraan paling baik, yang lain salah. Setiap golongan hendaknya belajar menghargai hak golongan lain dalam menafsiri islam. Seharus nya, yang dimusuhi itu segala perbuatan dan tindakan memutlakan pandangan golongan tertentu. Ini bahaya bila ada dalam masyarakat indonesia. Perpecahan tak terelakkan bila pradigma ini masih terus hidup dalam pikiran umat islam indonesia. Tidak menutup kemungkinan Indonesia dimasa depan tinggal serpihan sejarah. Tidak percaya?. Suriah, Yaman, Afganistan bukti real nya. Terahir, organisasi apapun namanya itu tidak lebih sebagai kendaraan dan baju. Terpenting itu tujuan dan isinya. Bukan bungkusan nya. Tak penting pakai baju hijau, kuning, biru. Esensi nya lebih penting, iyakah? ayo diskusi...


Tidak ada komentar:
Write komentar

Recommended Posts × +