Melepaskan ide dan pergolakan
pemikiran (Tashwirul Afkar) yang menumpuk dalam kepala kecil ini. Harus ku
akui, Kalian (islam fundamental) sedikit banyak telah memaksa dan mengikis
sifat malas membaca ku. Juga berpartisipasi dalam menyisihkan uang jajan untuk
membeli buku. Terimakasih telah membantu saya dalam mencerdaskan hati dan
pikiran. Tapi, mohon maaf, saya tidak bisa seperti
kalian. Mendirikan negara islam, demo membela agama, mengancam golongan
berbeda, menghina yang beda, merasa paling benar. Selain hormat pada guru, hal
ini juga bertolak belakang dengan suara hati. Hemat saya, bukan negaranya yang
dirubah melainkan konstitusinya. Begitu juga pada golongan lebih luas, Saya
rasa umat islam pada umum nya (NU, Muhammadiyah, HTI, Persis, Al-irsyad dll)
tidak lah pantas bila menghakimi kelompok lain salah dan merasa paling benar.
Saya berpandang lebih jauh lagi, umat islam harus punya suatu pemahaman bahwa
penafsiran islam oleh golongan tertentu itu bukanlah paling benar dan berhak
menghina kelompok lain. Contoh dalam kehidupan sehari-hari, ada 10 ulama yang
bermaksud mengunjungi karib nya di Lamongan bernama Subhan. Selain silaturrahim
mereka juga ingin menghadiri acara pernikahan sang puteri akhy fillah. Dalam
perjalanan menuju lokasi, para ulama ini menaiki kendaraan yang berbeda. Ada
kijang, avanza, xenia, lucio, panther, yaris, ertiga, jip, elf, sepeda motor
santria. Kesepuluh ulama ini berkeyakinan jika kendaraan yang dinaiki bisa
mengantar sampai tujuan dengan selamat. Tak adil bila pemilik lucio menyalahkan
temannya yang membawa panther. Atau mengejek pemilik avanza. Begitu juga,
pengendara santria tak boleh mengaku memiliki kendaraan paling baik, yang lain
salah. Setiap golongan hendaknya belajar menghargai hak golongan lain dalam
menafsiri islam. Seharus nya, yang dimusuhi itu segala perbuatan dan tindakan
memutlakan pandangan golongan tertentu. Ini bahaya bila ada dalam masyarakat
indonesia. Perpecahan tak terelakkan bila pradigma ini masih terus hidup dalam
pikiran umat islam indonesia. Tidak menutup kemungkinan Indonesia dimasa depan
tinggal serpihan sejarah. Tidak percaya?. Suriah, Yaman, Afganistan bukti real
nya. Terahir, organisasi apapun namanya itu tidak lebih sebagai kendaraan dan
baju. Terpenting itu tujuan dan isinya. Bukan bungkusan nya. Tak penting pakai
baju hijau, kuning, biru. Esensi nya lebih penting, iyakah? ayo diskusi...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write komentar