Recent Comments

Sabtu, 02 Juli 2016

Bedah Buku


Kamis (23/06/16), Saya mendapat undangan acara bedah buku "Bangkit Gerakan Mahasiswa" karya Eko Prasetyo. Bertempat disalah satu kedai kopi di pusat kota Jombang, acara para aktivis ini menjadi semakin sakral. Suasana santai bersama kopi dan kretek membuat ku semakin merasa betah disini. Lesehan pojok kanan panggung menarik hati ku untuk menyandarkan punggung lelah ini. Dari arah pintu masuk, pria berbaju biru, celana jins hitam, cungkring dan berkopiah berjalan menuju ke arah ku. Sambil meletakkan tas hitam nya, ia bertanya apakah kursi nya kosong. Aku pun mempersilakan ia duduk dan menawarkan tangan ku untuk berkenalan. Nama saya Bujang, ucapnya singkat. Cuek dan datar. Akupun mencoba memancing obrolan ringan sambil menunggu dimulainya acara. Ternyata si bujang juga berasal dari Jambi, nama bujang biasanya digunakan oleh anak cowok nomor dua. Sama dengan panggilan Gadis buat anak cewek ke dua. Bujang dengan penampilan sederhana nya adalah presiden BEM salah satu kampus jawa timur. Dia akhirnya tertarik ngobrol dengan ku ketika mengupas masalah gerakan mahasiswa. Ia mengkritik keras aktivis mahasiswa saat ini yang bermental prangko, nebeng terkenal kepada senior dan pejabat publik. Kesana kemari kerjaannya selfi, orasi basi tanpa eksekusi, diskusi panjang tapi tak pernah terjun ke lapangan tambah nya dengan semangat. Mahasiswa kebanyakan belum bisa memahami Tri Dharma perguruan tinggi, pengabdian masyarakat adalah salah satunya. kami makin larut dalam obral tentang advokasi masyarakat. Dia sedikit tersinggung dengan gerakan mahasiswa elitis, semangat mendekat ke atas tapi lemah bila ke rakyat kecil. Buat apa kuliah hukum jika hanya membela kecurangan para politikus dan pengusaha. Mengapa mengambil jurusan pendidikan jika ahirnya hanya mendidik mereka yang berharta. Atau buat apa mahal-mahal di prodi kedokteran setelah wisuda pekerjaannya hanya melayani kaum birokrat, menyiapkan obat dan standar gizi sehat calon penguasa. Mengapa tidak membuka mata sedikit lebar dan lihat di sekitar kita. Berapa banyak anak-anak kecil yang tidak bisa mengaji, dirikan Taman pendidikan Al-quran. Tidak sedikit kaum buruh korban kerakusan pengusaha, berikan mereka pendamping hukum. Banyak sekali rakyat miskin yang tidak faham ilmu kesehatan,ilmu ekonomi, sosial politik, dan wirausaha. Ini kesesatan pikir yang akut bagi mahasiswa, ujar bujang dengan wajah nya sedikit memerah. Pemateri sudah datang, ada mas Haris dari MCW malang dan kanda Luqman mewakili aktivis Jombang. Tapi, aktivis dari bumi andalas ini masih semangat mengupas analisis dan advokasi gerakan masyarakat. Saya termenung sejenak, ternyata dia membaca lebih banyak buku dari saya. Dan parah nya lagi, aku baru ingat hal ini hampir sama dengan materi yang pernah ku pelajari dari seorang guru, hanya penyampaian nya dan metode pendekatan nya berbeda. Inti nya sama, memberdayakan masyarakat luas. Mungkin ini yang seharus nya terjadi dalam masyarakat aktivis, mengasah insan akademisnya dulu baru politik praktis atau insan pengabdi. Aku mulai tertarik dengan pemuda ini, pisau analisis sosial nya tajam sekali, mungkin buku nya segudang pikir ku. Master of ceremony membuyarkan diskusi kami, acara pelantikan yang formal dan kaku telah berahir. Cepat sekali protes ku. Ternyata aku baru sadar sudah diskusi dengan bujang hampir dua jam. waow..memang orang istimewa akan mendapatkan tempat istimewa. Selamat jalan Abang Bujang. Terimakasih ilmunya abang.

Tidak ada komentar:
Write komentar

Recommended Posts × +